Rabu, 08 Juni 2011

ascaridia galli


Cacing secara alami sering ditemukan pada berbagai unggas liar maupun unggas peliharaan. Pada unggas terdapat dua golongan utama cacing yaitu Nematoda (cacing gilig) dan Cestoda (cacing pipih). Nematoda termasuk kelompok parasit yang terpenting pada unggas sehubungan dengan kerusakan yang ditimbulkan. Kelompok cacing ini memiliki siklus hidup langsung tanpa membutuhkan hospes intermediar.
Nematoda disebut juga cacing gilig karena bentuknya bulat, tidak bersegmen dan dilengkapi dengan kutikula yang halus. Nematoda yang mempunyai siklus hidup langsung melewati 4 tahap perkembangan sebelum dewasa. Nematoda dewasa yang hidup dalam tubuh unggas yang terinfeksi akan menghasilkan telur yang dikeluarkan bersama feses. Didalam lingkungan, jika telur berembrio ditelan oleh ayam maka telur akan menetas didalam proventriculus hospes dan berkembang menjadi larva yang akan tumbuh menjadi cacing dewasa didalam tubuh hospes.
Ascaridosis yang disebabkan oleh cacing Ascahdia galli merupakan penyakit parasitik yang sering menginfeksi temak unggas, khususnya ayam. Ascaridiosis dapat menyebabkan penurunan berat badan serta berat karkas (Raote et al., 1991) yang berkisardari 1,5 gram hingga 250 gram per ekor . Infeksi cacing ini dapat pula menurunkan jumlah telur dan berat telur hingga mencapai 33% (Tiuria, 1997). Menurut He et al., (1990) kerugian aktbat infeksi cacing saluran pencernaan termasuk A. galli diperkirakan mencapai US $ 2,49 - 3,48 juta per tahun.
Cacing A. galli tersebar secara meluas pada negara-negara di suluruh dunia. Penyebaran ascaridiosis dapat terjadi pada keadaan temperatur tropis dan sub-tropis. Ascaridiosis pada ayam pertama dilaporkan terjadi di Jerman, selanjutnya terjadi di Brazil, India, Zanzibar, Pilipina, Belgia, China, Kanada, dan Inggeris. Selain pada ayam, A. galli juga ditemukan pada jenis unggas lainnya seperti angsa, kalkun, dan pada burung liar. Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia bonase. Ascaridia galli selain berparasit pada ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.<br />
Klasifikasi Ascaridia galli
            Menurut Soulsby (1982), klasifikasi cacing A. galli (Schrank, 1788) (syn. A. lineata, A. perspicillum) adalah sebagai berikut:
            Kelas               : Nematoda
            Sub kelas         : Secernentea (Dougherry, 1959)
            Ordo                : Ascaridia (Skrjabin dan Schulz, 1940)
            Superfamili      : Ascaridiodea (Railliet dan Henry, 1915)
            Famili              : Ascarididae (Baird, 1835)
            Genus              : Ascaridia (Dujardin, 1845)
Morfologi
            Ascaridia galli merupakan parasit besar yang umum terdapat di dalam usus kecil berbagai unggas peliharaan maupun unggas liar. Penyebarannya luas di seluruhdunia. Cacing A. galli merupakan cacing terbesar dalam kelas nematoda pada unggas. Tampilan cacing dewasa adalah semitransparan, berukuran besar, dan berwarna putih kekuning-kuningan (Admin,2008).    
Pada bagian anterior terdapat sebuah mulut yang dilengkapi dengan tiga buah bibir, satu bibir terdapat pada dorsal dan dua lainnya pada lateroventral. Pada kedua sisi terdapat sayap yang sempit dan membentang sepanjang tubuh. Cacing jantan dewasa berukuran panjang 51 – 76 mm dan cacing betina dewasa 72 – 116 mm. Cacing jantan memiliki preanal sucker dan dua spicula berukuran panjang 1 – 2,4 mm, sedangkan cacing betina memiliki vulva dipertengahan tubuh. Telur A. galli berbentuk oval, kerabang lembut, tidak bersegmen, dan berukuran 73–92 x 45–57µm (Levine, 1994).


Etiologi
Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia bonase. Ascaridia galli selain berparasit pada ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Migrasi terjadi dalam lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan, apabila lesi yang ditimbulkan parah maka kinerja ayam akan turun drastic. Ayam yang terserang akan mengalami gangguan proses digesti dan penyerapan nutrient sehingga dapat menghambat pertumbuhan.
Siklus Hidup
Daur hidup A. galli bersifat langsung dan tidak langsung. Telur infektif yang termakan oleh induk semang, akan menetas di dalam proventrikulus (lambung kelenjar) atau di dalam duodenum (Soulsby, 1982).
Untuk berkembang menjadi cacing dewasa, telur nematoda ini akan mengalami empat tingkatan molting. Larva stadium I (Li) dthasilkan pada molting ke-1 terjadi di dalam telur. Larva stadium I (Li) molting menjadi larva stadium II (L2) terjadi di dalam lumen intestin. Larva stadium II (L2) hidup di dalam lumen duodenum selama 9 hah pertama, kemudian masuk ke dalam selaput lendir (mukosa) yang dapat menimbulkan perdarahan. Selama di dalam selaput lendir, larva mengalami pertumbuhan ke stadium lebih lanjut yaitu larva stadium III (L3) sekitar hah ke-8. Selanjutnya L3 molting menjadi larva stadium IV (U )sekitar hah ke-14 -15 pasca infeksi (Soulsby, 1982).
            Di dalam perkembangan cacing A. galli, sebagian dari larva mengalami fase jaringan {"tissue phase") yang dapat berlangsung dari hah pertama sampai hah ke-26 sesudah infeksi. Menurut Mitchel (1974), fase jaringan ini terjadi karena larva yang masuk ke dalam selaput lendtr usus mengalami hambatan perkembangan (tertahan). jadi cacing A. galli hidup di dalam selaput lendir duodenum mulai hah ke-8 - 17 setelah infeksi. Larva 5 (L5) (cacing muda) kembali ke dalam lumen duodenum pada hari ke-17 - 18 setelah infeksi. Cacing muda ini siap berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina menurut Ackert (1931) mulai bertelur antara 6-8 minggu pasca infeksi.
Ascaridia galli menimbulkan efek patogenik terutama ketika masih berbentuk larva di dalam selaput lendir usus. Larva akan menyebabkan lesio-lesio, perdarahan dan enteritis. Gejala yang mungkin tampak pada ayam yang terinfeksi adalah anemia, diare, dan rasa haus yang beriebihan, kaki menjadi pucat dan sayap terkulai. Ayam kelihatan lemas, malas serta mengantuk. Pada akhirnya pertumbuhan berat badan menjadi terhambat dan menurun (Calneck, 1991). Setiap ekor cacing A. galli bahkan diduga dapat menurunkan berat badan ayam sebesar 1,5 gram.
Selanjutnya Calneck (1991) menjelaskan bahwa pada infeksi berat menyebabkan ayam kehilangan banyak darah, penurunan kadar gula darah, peningkatan kadar asam urat. Sedangkan Verma et al, (1993) melaporkan bahwa infeksi oleh cacing ini tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai protein darah, PCV, kadar hemoglobin dan nifai eritrosit serta leukosit. Ascaridia galli dapat pula menularkan Avian Rheovirus kepada ayam yang lain (Calneck, 1991).


Dilaporkan pula oleh Calneck (1991) dan Kusumamihardja (1992) bahwa dalam perkembangannya A. galli dapat tersasar dan terperangkap di dalam uterus sehingga cacing mi dapat pula ditemukan di dalam telur ayam. Pada ayam betina infeksi cacing ini dapat menyebabkan penurunan produksi telur, kehilangan bobot badan walaupun konsumsi pakannya tetap meningkat. Pada penelitian oleh Suweta (1977) penurunan bobot badan dan penurunan konsumsi pakan terutama terjadi pada umur 9-21 minggu setelah infeksi. Ascaridia galli dilaporkan juga menyebabkan terlambatnya waktu ayam mulai bertelur dan penurunan berat telur sampai sebesar 33% (Matta, 1981; Tiuria, 1991).
Akoso (1998) mengatakan dalam waktu 35 hari cacing menjadi dewasa dan mulai bertelur. Setelah cacing ini menjadi dewasa akan meningalkan selaput lendir dan tinggal di dalam lumen usus. Ayam yang masih muda paling peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cacing ini. Dalam umur 2 atau 3 bulan ayam akan membentuk ketahanan (imunitas jaringan) terhadap cacing gilik. Kresno (2000) menambahkan infeksi ascaridia galli pada ayam umumnya singkat dan jarang meningalkan kerusakan permanent. Hal ini disebabkan karena tubuh ayam memiliki suatu kekebalan yang dapat melindungi tubuh mereka. System ini mampu melakukan reaksi yang cepat dan tepat untuk menyingkirkan materi asing tersebut. Salah satu organ yang memiliki system tersebut adalah saluran pencernaan (usus).


Patogenesis dan Gejalanya
Ayam muda lebih sensitif terhadap kerusakan yang ditimbulkan Ascaridia galli. Sejumlah kecil cacing Ascaridia galli yang berparasit pada ayam dewasa biasanya dapat ditolerir tanpa adnya kerusakan tertentu pada usus. Infeksi Ascaridia galli dapat menimbulkan penurunan berat badan, pada kondisi yang berat dapat terjadi penyumbatan pada usus.  (Zalizar dkk., 2005) Ayam yang terinfeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan mortalitas.
            Umur hospes dan derajat keparahan infeksi oleh
Ascaridia galli memegang peranan penting dalam kekebalan terhadap cacing tersebut. Infeksi A. galli menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena ascaridiosis dapat mengganggu efisiensi absorpsi nutrisi yang berlangasung di dalam usus halus ayam petelur. Sifat penyakit parasitik cacing A. galli biasanya berjalan kronis sehingga menimbulkan gejala sakit yang perlahan atau subklinis. Kecacingan tidak menyebabkan mortalitas tetapi menghasilkan morbiditas (Anonim, 2009)
Gejala Klinis
            Apabila jumlah cacing ascaridia galli dalam usus seekor ayam sedikit, maka cacing tersebut tidak menimbulkan gangguan pada ayam (Akoso, 1998; Anonimus, 2006). Sauvani (2008) dan Irawan (1996) menambahkan apabila jumlahnya cukup banyak akan menimbulkan ganguan kesehatan atau kematian terutama pada anak ayam. Anak ayam yang menderita cacingan akan memperlihatkan tanda-tanda seperti; tampak kurus, pucat, lemas, sayap agak terkulai, bulunya tidak mengkilat, terjadi diare bewarna keputih-putihan (seperti kapur, encer dan agak berlendir), pada anak ayam terjadi kematian yang banyak dan pada yang dewasa terjadi penurunan produksi telur. 
Perubahan Pasca Mati
1.      Perubahan anatomi (makroskopik); kerusakan terbesar terjadi sewaktu tahap perpindahan dari pertumbuhan larva cacing. Perpindahan dari dalam lapisan usus dapat menyebabkan radang usus mendarah, cacing dapat ditemukan secara relatif lebih banyak di lumen usus, seperti terlihat pada Gambar 1 (Akoso, 1998). Tabbu (2002) menambahkan infeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan dan peningkatan mortalitas.
2.      Perubahan histopatologi (mikroskopik); biasanya terlihat bahwa usus terjadi erosi sel epitel dan terlihat adanya hemoragi, sehingga ayam tersebut didiagnosa menderita ascaridiasis. Hemoragi yang terjadi pada usus kecil bisa menyebabkan usus mengalami ulserasi sel epitel. Kerusakan pembuluh darah menyebabkan terjadinya obstruksi akut atau enteristis yang disebabkan oleh cacing atau protozoa akan terjadi penetrasi yang lebih dalam pada lapisan usus (Blood and Henderson, 1963). Disamping itu bisa terjadi nekrosis dan penebalan lokal pada lapisan muskularis yang akan mengakibatkan usus halus tidak berfungsi secara sempurna (Siahaan, 1993)
Diferential diagnosa
Diagnosa banding ascaridiosis adalah defisiensi nutrisi
 Pengobatan
            Obat anti cacing yang paling sering digunakn untuk membasmi Ascaridia galli adalah piperazin. Selain itu dapat digunakan juga higromisin B dan kumafos melalui pakan untuk mengendalikan cacing tersebut. Piperazin memiliki efek narkotika sehingga cacing dapat dikeluarkan dalam keadaan hidup oleh adanya peristaltic usus. Pengobatan pencegahan pada pullet biasanya diberikan sekitar umur 5 minggu yang diulang pada interval 4 minggu sampai ayam mencapai umur 21 minggu. Pemberian vitamin A selama 5 – 7 hari dapat membantu kesembuhan mukosa usus yang rusak akibat cacing tersebut.

Pengendalian dan Pencegahan
            Lalat dapat bertindak sebagai factor mekanik dari telur
Ascaridia galli , maka pengendalian terbaik adalah kombinasi antara pengobatan preventif dan manajemen yang optimal meliputi sanitasi atau desinfeksi ketat dan pembasmian lalat.
 







 

4 komentar: