Cacing secara alami sering ditemukan pada berbagai unggas
liar maupun unggas peliharaan. Pada unggas terdapat dua golongan utama cacing
yaitu Nematoda (cacing gilig) dan Cestoda (cacing pipih). Nematoda
termasuk kelompok parasit yang terpenting pada unggas sehubungan dengan
kerusakan yang ditimbulkan. Kelompok cacing ini memiliki siklus hidup langsung
tanpa membutuhkan hospes intermediar.
Nematoda disebut juga cacing gilig karena bentuknya bulat,
tidak bersegmen dan dilengkapi dengan kutikula yang halus. Nematoda yang
mempunyai siklus hidup langsung melewati 4 tahap perkembangan sebelum dewasa.
Nematoda dewasa yang hidup dalam tubuh unggas yang terinfeksi akan menghasilkan
telur yang dikeluarkan bersama feses. Didalam lingkungan, jika telur berembrio
ditelan oleh ayam maka telur akan menetas didalam proventriculus hospes dan
berkembang menjadi larva yang akan tumbuh menjadi cacing dewasa didalam tubuh
hospes.
Ascaridosis yang disebabkan oleh cacing Ascahdia galli merupakan
penyakit parasitik yang sering menginfeksi temak unggas, khususnya ayam.
Ascaridiosis dapat menyebabkan penurunan berat badan serta berat karkas (Raote et
al., 1991) yang berkisardari 1,5 gram hingga 250 gram per ekor . Infeksi
cacing ini dapat pula menurunkan jumlah telur dan berat telur hingga mencapai
33% (Tiuria, 1997). Menurut He et al.,
(1990) kerugian aktbat infeksi cacing saluran pencernaan termasuk A. galli diperkirakan
mencapai US $ 2,49 - 3,48 juta per tahun.
Cacing A. galli tersebar secara meluas pada
negara-negara di suluruh dunia. Penyebaran ascaridiosis dapat terjadi pada
keadaan temperatur tropis dan sub-tropis. Ascaridiosis pada ayam pertama
dilaporkan terjadi di Jerman, selanjutnya terjadi di Brazil, India, Zanzibar, Pilipina,
Belgia, China, Kanada, dan Inggeris. Selain pada ayam, A. galli juga
ditemukan pada jenis unggas lainnya seperti angsa, kalkun, dan pada burung
liar. Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis, Ascaridia
numidae, Ascaridia columbae
dan Ascaridia bonase. Ascaridia galli selain berparasit pada ayam
juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing
yang sering ditemukan pada unggas dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi
karena menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi pada fase jaringan
dari stadium perkembangan larva.<br />
Klasifikasi Ascaridia galli
Menurut Soulsby (1982), klasifikasi cacing A. galli (Schrank, 1788) (syn.
A. lineata, A. perspicillum) adalah sebagai berikut:
Kelas : Nematoda
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernentea (Dougherry, 1959)
Ordo : Ascaridia (Skrjabin dan Schulz, 1940)
Ordo : Ascaridia (Skrjabin dan Schulz, 1940)
Superfamili : Ascaridiodea (Railliet dan Henry, 1915)
Famili : Ascarididae (Baird, 1835)
Famili : Ascarididae (Baird, 1835)
Genus : Ascaridia (Dujardin,
1845)
Morfologi
Ascaridia galli merupakan parasit besar yang umum terdapat
di dalam usus kecil berbagai unggas peliharaan maupun unggas liar.
Penyebarannya luas di seluruhdunia. Cacing A. galli merupakan cacing
terbesar dalam kelas nematoda pada unggas. Tampilan cacing dewasa adalah
semitransparan, berukuran besar, dan berwarna putih kekuning-kuningan (Admin,2008).
Pada bagian anterior
terdapat sebuah mulut yang dilengkapi dengan tiga buah bibir, satu bibir
terdapat pada dorsal dan dua lainnya pada lateroventral. Pada kedua sisi
terdapat sayap yang sempit dan membentang sepanjang tubuh. Cacing jantan dewasa
berukuran panjang 51 – 76 mm dan cacing betina dewasa 72 – 116 mm. Cacing
jantan memiliki preanal sucker dan dua spicula berukuran panjang 1 – 2,4 mm,
sedangkan cacing betina memiliki vulva dipertengahan tubuh. Telur A. galli berbentuk
oval, kerabang lembut, tidak bersegmen, dan berukuran 73–92 x 45–57µm (Levine,
1994).
Etiologi
Infeksi
Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia
dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae
dan Ascaridia bonase. Ascaridia galli selain berparasit pada ayam
juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas
dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang
parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.
Migrasi terjadi dalam lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan, apabila
lesi yang ditimbulkan parah maka kinerja ayam akan turun drastic. Ayam yang
terserang akan mengalami gangguan proses digesti dan penyerapan nutrient
sehingga dapat menghambat pertumbuhan.
Siklus Hidup
Daur hidup A. galli bersifat
langsung dan tidak langsung. Telur infektif yang termakan oleh induk semang,
akan menetas di dalam proventrikulus (lambung kelenjar) atau di dalam duodenum
(Soulsby, 1982).
Untuk berkembang
menjadi cacing dewasa, telur nematoda ini akan mengalami empat tingkatan
molting. Larva stadium I (Li) dthasilkan pada molting ke-1 terjadi di dalam
telur. Larva stadium I (Li) molting menjadi larva stadium II (L2) terjadi di
dalam lumen intestin. Larva stadium II (L2) hidup di dalam lumen
duodenum selama 9 hah pertama, kemudian masuk ke dalam selaput lendir (mukosa)
yang dapat menimbulkan perdarahan. Selama di dalam selaput lendir, larva
mengalami pertumbuhan ke stadium lebih lanjut yaitu larva stadium III (L3)
sekitar hah ke-8. Selanjutnya L3 molting menjadi larva stadium IV (U )sekitar
hah ke-14 -15 pasca infeksi (Soulsby, 1982).
Di
dalam perkembangan cacing A. galli, sebagian dari larva mengalami fase
jaringan {"tissue phase") yang dapat berlangsung dari hah
pertama sampai hah ke-26
sesudah infeksi. Menurut Mitchel (1974), fase jaringan
ini terjadi karena larva yang masuk ke dalam selaput lendtr usus mengalami
hambatan perkembangan (tertahan). jadi cacing A. galli hidup di dalam selaput
lendir duodenum mulai hah ke-8 - 17 setelah infeksi. Larva 5 (L5)
(cacing muda) kembali ke dalam lumen duodenum pada hari ke-17 - 18 setelah
infeksi. Cacing muda ini siap berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina
menurut Ackert (1931) mulai bertelur antara 6-8 minggu pasca infeksi.
Ascaridia galli menimbulkan
efek patogenik terutama ketika masih berbentuk larva di dalam selaput lendir
usus. Larva akan menyebabkan lesio-lesio, perdarahan dan enteritis. Gejala yang
mungkin tampak pada ayam yang terinfeksi adalah anemia, diare, dan rasa haus
yang beriebihan, kaki menjadi pucat dan sayap terkulai. Ayam kelihatan lemas,
malas serta mengantuk. Pada akhirnya pertumbuhan berat badan menjadi terhambat
dan menurun (Calneck, 1991). Setiap ekor cacing A. galli bahkan diduga
dapat menurunkan berat badan ayam sebesar 1,5 gram.
Selanjutnya Calneck
(1991) menjelaskan bahwa pada infeksi berat menyebabkan ayam kehilangan banyak
darah, penurunan kadar gula darah, peningkatan kadar asam urat. Sedangkan Verma
et al, (1993) melaporkan bahwa infeksi oleh cacing ini tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai protein darah, PCV, kadar hemoglobin dan nifai
eritrosit serta leukosit. Ascaridia galli dapat pula menularkan Avian
Rheovirus kepada ayam yang lain (Calneck, 1991).
Dilaporkan pula oleh
Calneck (1991) dan Kusumamihardja (1992) bahwa dalam perkembangannya A.
galli dapat tersasar dan terperangkap di dalam uterus sehingga cacing mi
dapat pula ditemukan di dalam telur ayam. Pada ayam betina infeksi cacing ini
dapat menyebabkan penurunan produksi telur, kehilangan bobot badan walaupun
konsumsi pakannya tetap meningkat. Pada penelitian oleh Suweta (1977) penurunan
bobot badan dan penurunan konsumsi pakan terutama terjadi pada umur 9-21 minggu
setelah infeksi. Ascaridia galli dilaporkan juga menyebabkan
terlambatnya waktu ayam mulai bertelur dan penurunan berat telur sampai sebesar
33% (Matta, 1981; Tiuria, 1991).
Akoso (1998) mengatakan
dalam waktu 35 hari cacing menjadi dewasa dan mulai bertelur. Setelah cacing
ini menjadi dewasa akan meningalkan selaput lendir dan tinggal di dalam lumen
usus. Ayam yang masih muda paling peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh
cacing ini. Dalam umur 2 atau 3 bulan ayam akan membentuk ketahanan (imunitas
jaringan) terhadap cacing gilik. Kresno (2000) menambahkan infeksi ascaridia
galli pada ayam umumnya singkat dan jarang meningalkan kerusakan permanent.
Hal ini disebabkan karena tubuh ayam memiliki suatu kekebalan yang dapat
melindungi tubuh mereka. System ini mampu melakukan reaksi yang cepat dan tepat
untuk menyingkirkan materi asing tersebut. Salah satu organ yang memiliki
system tersebut adalah saluran pencernaan (usus).
Patogenesis dan Gejalanya
Ayam muda lebih
sensitif terhadap kerusakan yang ditimbulkan Ascaridia
galli. Sejumlah kecil cacing Ascaridia
galli yang berparasit pada ayam dewasa biasanya dapat
ditolerir tanpa adnya kerusakan tertentu pada usus. Infeksi Ascaridia
galli dapat menimbulkan penurunan berat badan, pada
kondisi yang berat dapat terjadi penyumbatan pada usus. (Zalizar dkk., 2005) Ayam yang terinfeksi
Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan
kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan,
dan peningkatan mortalitas.
Umur hospes dan derajat keparahan infeksi oleh Ascaridia galli memegang peranan penting dalam kekebalan terhadap cacing tersebut. Infeksi A. galli menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena ascaridiosis dapat mengganggu efisiensi absorpsi nutrisi yang berlangasung di dalam usus halus ayam petelur. Sifat penyakit parasitik cacing A. galli biasanya berjalan kronis sehingga menimbulkan gejala sakit yang perlahan atau subklinis. Kecacingan tidak menyebabkan mortalitas tetapi menghasilkan morbiditas (Anonim, 2009)
Umur hospes dan derajat keparahan infeksi oleh Ascaridia galli memegang peranan penting dalam kekebalan terhadap cacing tersebut. Infeksi A. galli menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena ascaridiosis dapat mengganggu efisiensi absorpsi nutrisi yang berlangasung di dalam usus halus ayam petelur. Sifat penyakit parasitik cacing A. galli biasanya berjalan kronis sehingga menimbulkan gejala sakit yang perlahan atau subklinis. Kecacingan tidak menyebabkan mortalitas tetapi menghasilkan morbiditas (Anonim, 2009)
Gejala Klinis
Apabila
jumlah cacing ascaridia galli dalam usus seekor ayam sedikit, maka
cacing tersebut tidak menimbulkan gangguan pada ayam (Akoso, 1998; Anonimus,
2006). Sauvani (2008) dan Irawan (1996) menambahkan apabila jumlahnya cukup
banyak akan menimbulkan ganguan kesehatan atau kematian terutama pada anak
ayam. Anak ayam yang menderita cacingan akan memperlihatkan tanda-tanda
seperti; tampak kurus, pucat, lemas, sayap agak terkulai, bulunya tidak
mengkilat, terjadi diare bewarna keputih-putihan (seperti kapur, encer dan agak
berlendir), pada anak ayam terjadi kematian yang banyak dan pada yang dewasa
terjadi penurunan produksi telur.
Perubahan Pasca Mati
1. Perubahan
anatomi (makroskopik); kerusakan terbesar terjadi sewaktu tahap perpindahan
dari pertumbuhan larva cacing. Perpindahan dari dalam lapisan usus dapat
menyebabkan radang usus mendarah, cacing dapat ditemukan secara relatif lebih
banyak di lumen usus, seperti terlihat pada Gambar 1 (Akoso, 1998). Tabbu
(2002) menambahkan infeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan
kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat,
atrofi timus, gangguan pertumbuhan dan peningkatan mortalitas.
2. Perubahan
histopatologi (mikroskopik); biasanya terlihat bahwa usus terjadi erosi sel
epitel dan terlihat adanya hemoragi, sehingga ayam tersebut didiagnosa
menderita ascaridiasis. Hemoragi yang terjadi pada usus kecil bisa menyebabkan
usus mengalami ulserasi sel epitel. Kerusakan pembuluh darah menyebabkan
terjadinya obstruksi akut atau enteristis yang disebabkan oleh cacing atau
protozoa akan terjadi penetrasi yang lebih dalam pada lapisan usus (Blood and
Henderson, 1963). Disamping itu bisa terjadi nekrosis dan penebalan lokal pada
lapisan muskularis yang akan mengakibatkan usus halus tidak berfungsi secara
sempurna (Siahaan, 1993)
Diferential
diagnosa
Diagnosa
banding ascaridiosis adalah defisiensi nutrisi
Pengobatan
Obat anti cacing yang paling sering
digunakn untuk membasmi Ascaridia galli adalah piperazin. Selain itu dapat
digunakan juga higromisin B dan kumafos melalui pakan untuk mengendalikan
cacing tersebut. Piperazin memiliki efek narkotika sehingga cacing dapat
dikeluarkan dalam keadaan hidup oleh adanya peristaltic usus. Pengobatan
pencegahan pada pullet biasanya diberikan sekitar umur 5 minggu yang diulang
pada interval 4 minggu sampai ayam mencapai umur 21 minggu. Pemberian vitamin A
selama 5 – 7 hari dapat membantu kesembuhan mukosa usus yang rusak akibat cacing tersebut.
Pengendalian dan Pencegahan
Lalat dapat bertindak sebagai factor mekanik dari telur Ascaridia galli , maka pengendalian terbaik adalah kombinasi antara pengobatan preventif dan manajemen yang optimal meliputi sanitasi atau desinfeksi ketat dan pembasmian lalat.
Pengendalian dan Pencegahan
Lalat dapat bertindak sebagai factor mekanik dari telur Ascaridia galli , maka pengendalian terbaik adalah kombinasi antara pengobatan preventif dan manajemen yang optimal meliputi sanitasi atau desinfeksi ketat dan pembasmian lalat.
pengen lihat daftar pustakanya..
BalasHapusdapus..
BalasHapusdapusnya dong?
BalasHapusis titanium a conductor? - Titanium Arts
BalasHapus"It microtouch titanium trim walmart is a solid alloy known as "steel" omega titanium and is therefore one of titanium aftershokz the most valuable, most expensive and most titanium welder expensive metal used today titanium alloys in